DARI PEMBACA BUKU, JADI PEDAGANG BUKU
Muthia Esfand
“Kamu bisa beli rumah, dapat uang dari mana?”
“Dari jualan buku.”
Selalu itu jawabanku setiap kali ada yang
bertanya apa pekerjaanku dan dari mana aku bisa membiayani hidupku. Dan, setiap
kali itu juga orang yang bertanya seperti butuh waktu beberapa detik untuk
mempercayai jawabanku. Padahal, aku menjawab dengan jujur.
Semua bermula sekitar tujuh belas tahun yang
lalu, ketika hidupku dimulai dari nol lagi. Setelah beberapa tahun menjalani
pernikahan, aku dan mantan suamiku akhirnya memutuskan untuk berpisah jalan. Di
momen itu aku menyadari aku harus jadi perempuan mandiri yang tangguh untuk
menghidupi diriku sendiri, namun tanpa kehilangan kecintaanku pada satu hal
yang sangat aku sukai: buku.
Untungnya aku kemudian dapat pekerjaan lagi sebagai editor di sebuah penerbitan buku. Buku menjadi hobi sekaligus hidupku sehari-hari. Sampai ketika aku mulai berpikir, kenapa aku tidak terjun sekalian di industri buku dengan membuka toko buku online di marketplace yang pada waktu itu baru mulai populer di Indonesia.
Aku menghabiskan hari-hariku selepas pulang
dari kantor dengan mempelajari apa itu marketplace dan bagaimana cara kerjanya,
suatu hal yang masih sangat baru di Indonesia. Keputusanku akhirnya bulat, aku
pun membuka toko buku online di tiga marketplace: Bukalapak, Shopee, dan
Tokopedia.
Ada untungnya juga aku kerja di penerbit buku
karena sekaligus bisa dapat diskon karyawan untuk pembelian buku-buku terbitan
internal. Bisa dibilang, aku sudah punya modal produk yang tidak perlu aku stok
dulu tapi dibeli berdasarkan pesanan yang masuk. Namun, aku masih punya kendala
masalah pengiriman. Aku yang pemula ini tidak punya modal lagi selain berani
datang ke setiap ekspedisi yang ada ketika itu sambi bertanya detail tentang
sistem pengiriman, cara berkomunikasi dengan kurir atau pengelola cabang ekspedisi,
sampai tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengirim buku ke
berbagai daerah di Indonesia hingga ke luar negeri.
Hingga akhirnya aku bertemu Mas Ferdy, seorang
admin cabang ekspedisi JNE di dekat kantorku. Aku tidak akan pernah melupakan
jasanya membantuku memulai toko buku online yanga kupunya. Mas Ferdy
menjelaskan dengan sabar bahwa aku bisa membawa paket-paket untuk pembeliku di
pagi hari lalu ia akan mengirimkan daftar resinya satu per satu sehingga aku
bisa langsung input di marketplace. Kadang ia akan menungguku sampai aku
datang bila aku hanya punya waktu malam hari untuk mengantar barang kiriman. Tidak
jarang ia merelakan lakban miliknya kupinta karena paketku baru sempat aku
bungkus di kantornya.
Dia tidak lupa selalu menyemangati dan berbagi
cerita tentang toko online lain yang dibantunya dan mulai bertumbuh
besar. Aku jadi selalu punya alasan untuk bangkit lagi di saat sudah lelah
dengan pekerjaan kantor namun masih harus mengemas dan mengirim buku pesanan
pelangganku.
Mas Ferdy membuatku belajar bahwa melayani
pelanggan dengan tulus adalah salah satu kunci memulai usaha, sekecil apa pun
bentuknya. Pada saat jumlah kirimanku makin banyak, ekpedisi lain mulai
menawarkan kerja sama, tapi bagiku JNE dan Mas Ferdy punya kesan yang mendalam
untukku.
Saat itu, mengajari calon pembeli untuk mencoba berbelanja online bukanlah hal yang mudah. Apalagi bagi pembeli buku yang masih tergolong pelajar sekolah yang belum punya KTP dan tidak punya nomor rekening sendiri. Mereka akan bertanya panjang lebar tentang bagaimana cara buku akan dikirim dan apakah buku akan sampai dengan aman. Terkadang, aku juga diminta berkomunikasi dengan orangtua mereka untuk menjelaskan bahwa toko buku online milikku memang benar-benar ada dan terpercaya. Aku bisa membalas pesan-pesan mereka ini pada pagi dini hari! Tidak jarang ada juga yang malah curhat masalah di sekolah atau minta bantuan mencarikan buku untuk kekasih mereka. Ada juga orangtua yang berkonsultasi tentang buku apa yang cocok untuk anaknya. Kupikir, tidak ada salahnya menjadi toko buku yang juga bisa jadi teman mengobrol pembelinya. Bukankah buku memang sudah seharusnya jadi sahabat untuk siapa saja?
Belum lagi kalau ada masalah barang salah kirim
dan harus kembali lagi kepadaku, atau pembeli merasa barang yang diterimanya
tidak dalam kondisi yang baik. Mas Ferdy selalu jadi tempatku berkeluh kesah
dan berdiskusi tentang solusi permasalahan tersebut.
Lambat laun, penerbit tempatku bekerja mulai
mengapresiasi toko buku online yang aku miliki, hingga akhirnya aku
menjadi manajer marketing online di sana. Ekspedisi pertama yang kuajak
untuk kerja sama secara langganan tentu saja cabang JNE yang dikelola Mas
Ferdy.
Toko buku online yang kukelola pun
semakin banyak, dengan jumlah pembeli yang semakin tersebar ke seluruh
Indonesia. Hampir di setiap pula ada. Dari ujung Aceh hingga ke Papua. Aku
akhirnya mulai punya admin yang membantuku mengelola toko-toko buku online
tersebut. Aku tidak pernah menyangka bahwa toko buku online bisa jadi
jembatan antara penerbit dan pembaca di berbagai sudut Nusantara ini.
Pada akhirnya jalan hidup membawaku ke
persimpangan jalan yang lain. Aku berpindah karier ke industri hiburan dan
sempat vakum mengelola toko buku online akibat kesibukan di dunia baru.
Sampai akhirnya pada tahun 2023 aku bisa membuka toko buku fisik di teras
rumahku dan kuberi nama bukuditeras. Jalan panjang yang kualami ketika
mengelola toko buku online membuatku jadi punya landasan pengalaman yang
sangat berharga. Terutama tentang bagaimana melayani pembeli dan mengupayakan
pengiriman yang cepat dan aman. Aku tidak pernah berpaling dari JNE, meskipun
bukan Mas Ferdy lagi yang membantuku! Entah dia ada di mana sekarang. Satu hal
yang pasti, pengalaman yang dibaginya untukku tetap menjadi ilmu berharga yang
tidak akan pernah kulupakan.
Karena dialah, si pembaca buku ini bisa bertahan hidup dan bergembira selalu dengan buku-buku di sekitarnya. Dari Mas Ferdy juga aku belajar, bahwa kesempatan emas memang harus langsung disambar dan diwujudkan dengan sat-set tanpa menunda-nunda.